MAKASSAR, (beritaku.net) — Selama lebih dari dua dekade, sektor energi Indonesia terus menunjukkan peran strategis dalam menopang perekonomian nasional. Dalam kurun 22 tahun terakhir, sektor ini mencatatkan penerimaan negara sebesar Rp 5.045 triliun. Angka ini menempatkan sektor energi sebagai penyumbang terbesar kedua penerimaan negara setelah pajak, sekaligus menegaskan posisinya sebagai tulang punggung pembangunan nasional.
Dalam sebuah presentasi terbaru yang memaparkan perkembangan sektor energi, terungkap bahwa gas alam memainkan peran dominan dalam bauran energi nasional. Saat ini, kontribusi gas terhadap total penyediaan energi nasional mencapai 70 persen. Data grafik yang ditampilkan menunjukkan adanya tren yang cukup stabil dalam penyediaan gas untuk kebutuhan domestik dan ekspor, mencerminkan pengelolaan yang mulai berjalan efektif.
Perusahaan-perusahaan energi nasional seperti PSN (Pipelines, Power, Angkutan, dan lainnya) mengambil peran kunci dalam membangun infrastruktur pendukung penyediaan dan distribusi gas, baik untuk kebutuhan industri dalam negeri maupun pasar ekspor yang terus berkembang. Namun demikian, pengelolaan sumber daya ini tetap membutuhkan keseimbangan antara optimalisasi produksi dan keberlanjutan lingkungan.
Tak hanya fokus pada kondisi domestik, presentasi tersebut juga menyoroti dinamika global yang memberi pengaruh signifikan terhadap industri energi. Ketegangan geopolitik antar negara produsen dan konsumen energi, fluktuasi perekonomian global, serta ancaman perubahan iklim menjadi tantangan utama yang dihadapi hampir seluruh negara, termasuk Indonesia.
Dalam sesi Update Situasi Global, dipaparkan bagaimana tren dunia mulai mengarah ke pemanfaatan energi bersih. Grafik pertumbuhan pasokan LNG (Liquefied Natural Gas) dan kapasitas CCS/CCUS (Carbon Capture and Storage/Utilization) menunjukkan adanya peningkatan signifikan. Teknologi ini dinilai sebagai salah satu solusi utama untuk menekan emisi karbon sekaligus mempertahankan produksi energi secara berkelanjutan.
Menghadapi tantangan sekaligus peluang tersebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan visi besar menuju Indonesia Emas 2045. Pemerintahan Prabowo-Gibran menempatkan kemandirian energi sebagai bagian integral dari 17 program prioritas nasional. Di bawah visi ini, pengelolaan energi tak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga efisiensi, transparansi tata kelola, serta keberlanjutan lingkungan.
Program Not Zero Emission GRK menjadi salah satu langkah konkret pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca secara bertahap. Alih-alih mengejar target nol emisi mutlak, Indonesia memilih jalur realistis yang tetap menjaga pertumbuhan ekonomi, namun secara bertahap menekan angka emisi menuju level yang aman dan berkelanjutan.
Paparan yang disampaikan dalam presentasi tersebut memberikan gambaran menyeluruh bahwa sektor energi Indonesia tengah berada dalam lintasan pertumbuhan yang positif. Dengan dukungan infrastruktur, kebijakan strategis, investasi pada teknologi bersih, serta tata kelola yang semakin transparan, Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk menjadi pemain penting dalam peta energi global.
Dengan langkah-langkah strategis yang terus diperkuat, bukan hal mustahil jika dalam waktu dekat Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga menjadi eksportir energi bersih yang diperhitungkan di kancah internasional. Keberhasilan pengelolaan sektor energi ini akan menjadi fondasi penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.***