BPPKAD
BPPKAD
Berita, HL  

Petani Melon Blora Keluhkan Kondisi Infrastruktur Jalan

Kondisi Jalan Bogem - Ngiyono yang berada di Kecamatan Japah, Kabupaten Blora
Example 120x600

BERITAKU.NET – Adi Latif Mashudi dikukuhkan sebagai duta petani muda atau Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 bersama dengan 25 petani lainnya se-Indonesia oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

Adi Latif sendiri dikenal sebagai seorang petani melon sekaligus pemilik Agrowisata Petik Buah Girli Smart Ecosystem Farming yang berada di Desa Sumberjo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Selama mengikuti program YAA 2025 yang merupakan bagian dari program Youth Entrepreneurship and Employment Support Servicec (YESS) Kementan tersebut, Adi memiliki harapan untuk dapat meningkatkan ekonomi di pedesaan.

“YAA ini kan lebih kepada mengkonfirmasi apa yang kami kerjakan selama ini itu sesuatu hal yang relatif bisa dibenarkan. Dalam hal ini yang pertama bagaimana kita berusaha untuk meningkatkan ekonomi pedesaan,” ucap dia saat ditemui di agrowisata miliknya, pada Sabtu (3/5/2025).

Selain itu, keikutsertaan dalam ajang tersebut untuk membuktikan bahwa wilayahnya mempunyai banyak potensi dan sumber daya manusia (SDM) yang dapat dikembangkan.

“Kami berusaha untuk menarik wisatawan untuk datang ke daerah sini. Karena kami memang hal yang ingin kami sampaikan dan terus akan kami sampaikan adalah bahwa desa kami itu memiliki potensi desa, kami memiliki SDM yang cukup kompetitif,” terang dia.

Namun, untuk mampu meningkatkan perekonomian pedesaan, diperlukan infrastruktur yang memadai terutama dalam bidang konstruksi jalan.

“Karena mau tidak mau berkaitan dengan dunia wisata itu, hal yang paling pertama dan menjadi kunci berlanjut atau tidaknya itu adalah di infrastruktur. Kalau infrastruktur jelek itu tentu akan menjadi tantangan tersendiri mendatangkan wisatawan ke daerah sini. Iya, lebih ke infrastruktur jalan,” kata dia.

Adi menjelaskan untuk menarik wisatawan agar datang ke agrowisata miliknya tidaklah mudah. Lokasinya yang jauh dari perkotaan, dan kondisi jalan yang masih terdapat kerusakan, menjadi kendala untuk bisa menumbuhkan ekonomi di pedesaan.

Pria yang sempat kerja di Korea Selatan itu bilang jalan kabupaten sepanjang 7,5 kilometer tersebut kondisinya tidak semuanya baik, dan itu sudah berlangsung selama belasan tahun.

“Untuk yang ruas jalan Bogem – Sumberejo itu kan memang banyak bebatuan. Jadi memang ada beberapa yang sudah dicor itu memang di beberapa titik, itu juga harus kami sampaikan karena di titik akhir mbogem untuk menjelang masuk ke arah Sumberejo itu memang ada. Cuman memang dominannya itu memang belum diperbaiki,” jelas dia.

Baca Juga :  Rawat Nilai Ajaran Sedulur Sikep, Festival Budaya Spiritual Digelar di Blora

Apabila infrastruktur jalan baik, maka banyak hal yang bisa dihemat dan tentu saja berpengaruh pada ekonomi pedesaan.

“Karena dari jalan saja itu sebenarnya kalau itu bagus kita bisa menghemat BBM iya, kemudian perawatan kendaraan iya. Sehingga ini kita bisa mengalokasikan anggaran untuk itu, bisa untuk keperluan yang lain. Itu sebenarnya yang pengin kita sampaikan,” ujar dia.

Pria berusia 28 tahun itu mengaku kondisi jalan yang jelek tentu saja membahayakan pengguna jalan, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa melewati jalan tersebut.

“Sering kali itu kan ada yang mau longsor ya. Itu kalau orang asing terutama orang luar daerah Blora itu yang sering ke sini pernah beberapa kali ada yang mau masuk ke daerah jurang itu yang dekat dengan kebun Jambu Kristal ya,” kata dia.

Sekadar diketahui, Adi Latif Mashudi merupakan pemilik Agrowisata Petik Buah Girli Smart Ecosystem Farming yang berada di Desa Sumberjo, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora.

Sebelum menjadi seorang petani, Adi pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan selama 6 tahun dengan gaji sekitar Rp 30 juta per bulan.

Selama berada di Negeri Gingseng, Adi juga menempuh kuliah jurusan S1 Manajemen Bisnis di Universitas Terbuka yang bekerja sama dengan salah satu universitas di Korea Selatan.

Selama menjalani bisnis sebagai petani melon, omzet yang didapatkan tiap bulan mencapai Rp 30 juta.

banner 400x130

Tinggalkan Balasan