BLORA, (beritaku.net) – Seminggu sudah salah seorang siswa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah meninggal dunia. Kematiannya pun masih menyisakan tanda tanya di masyarakat.
Bocah perempuan berinisial G yang berusia sekitar 8 tahun, meninggal dunia dengan tidak wajar setelah dilaporkan jatuh dari kursi rumahnya, pada Sabtu 10 September 2022 lalu. Pada saat meninggal dunia, ditemukan sejumlah luka di beberapa bagian tubuhnya.
Saksi yang Memandikan Jenazah Korban
Salah seorang saksi yang memandikan jenazah tersebut, juga dibuat heran dengan banyaknya sejumlah luka tersebut. Seperti di bagian mulut, pelipis kepala, kepala belakang, luka warna hitam di kedua leher hingga luka bekas cubitan di perut korban.
Bahkan, saksi tersebut sempat ditolak oleh ayah tiri korban saat akan memandikan jenazah. Padahal saat itu dia bersama petugas lain datang ke rumah duka atas permintaan keluarga.
“Saat saya datang mau mandikan itu ayah korban bilang, jangan diambil foto anak saya, biar saya saja yang memandikan. Itu pihak keluarga mau lihat kondisi korban juga tidak boleh. Kan waktu itu sudah ditutupi kain. Saya batin bapak ini kok galak sekali,” kata saksi yang memandikan jenazah korban saat ditemui wartawan di rumahnya.
Saat itu, dirinya mengaku sempat terjadi cekcok antara petugas pemulasaran jenazah dengan ayah korban.
“Lalu Pak Ndut, mandor saya bilang, Kamu sudah manggil Budi Dharma untuk memandikan. Kalau memang tidak boleh dimandikan Budi Dharma bapak juga harus tanggung jawab memakamkan sendiri. saya tak pulang, saya bebas. Terus bapaknya diam. Saya keluar sebentar. Kelihatannya sudah luluh terus saya masuk lagi bilang gimana boleh saya memandikan. Bapaknya bilang silahkan,” katanya menceritakan.
Pada saat memandikan jenazah, saksi sempat dibuat heran dengan kondisi korban. Sebab banyak luka di tubuh korban.
“Saya buka semua saya lihat ada darah di mulut dan hidung korban. Ada benjolan juga di pelipis. Saya batin jatuh dari kursi kok bisa langsung mati. Itu yang bilang jatuh dari kursi bapaknya. Terus saya raba lagi, ini yang saya lihat ya mas. Ada seperti luka di perut dan leher di kiri kanan,” ucapnya.
Selama proses memandikan jenazah, Sumadi sempat mau menangis. Ia mengaku tidak tega melihat kondisi jenazah gadis malang itu.
“Saya puluhan tahun memandikan jenazah. Baru kali ini menangis mas. Kasihan melihatnya. Saya batin anak ini kenapa kok sampai begini” ungkapnya.
Kesaksian Pengunjung Warung
Kesaksian lain juga diungkap sejumlah saksi dan pengunjung yang saat itu berada di warung orang tua korban.
Sebelum kematian korban, ayah korban sempat mondar-mandir pulang ke rumah.
“Waktu itu kan saya di warung. Karena saya biasa warung disitu. Sebelum kejadian itu bapaknya bilang mau pulang ambil charge Hp. Ditunggu kok lama, sempat mau ditelpon tapi sudah kembali. Lalu sempat buatkan jahe hangat. Lalu bapaknya pulang lagi. Waktu balik ke warung bilang, maaf koh warung mau saya tutup. Anak saya jatuh dari kursi. Itu omongnya sambil bergetar,” kata salah satu saksi yang enggan disebutkan namanya.
Saat itu, pengunjung lain sempat menawarkan sepeda motornya untuk membawa korban ke rumah sakit. Namun ayah tiri korban menolak.
“Koh mu saat ini menawarkan agar korban dibawa menggunakan sepeda motornya. Tapi ayah korban tidak mau, katanya mau telpon Grab saja. Terus saya bilang udah koh nanti saya bantu beresi gerobaknya,” bebernya.
Jarak antara warung makan dengan rumah orang tua korban hanya sekitar 50 meter. Saat itu, saksi sempat membantu mendorong gerobak ayah korban sampai depan rumah.
“Saya bantu kemasi dan dorong gerobaknya sampai depan rumah. Disitu saya lihat ayah dan ibu korban sempat bertengkar. Saya dengar waktu itu ayah korban minta agar anaknya segera ditidurkan. Saya kan merasa gak enak, lalu saya pamit pulang,” terangnya.
Kesaksian Pengantar Korban ke Rumah Sakit
Kesaksian lain juga dikatakan oleh saksi yang mengantarkan korban ke rumah sakit. Saat itu, dirinya mengaku sempat ditelpon ayah tiri korban untuk mengantarkan anaknya ke rumah sakit.
“Pukul 21.37 WIB saya ditelpon bapaknya. Waktu itu kan saya habis jalan-jalan sama anak dan istri. Saya ditelpon bilang, Koh aku ditolongi, anakku Gaby jatuh dari kursi, ini gak sadar tolong bantu bawa ke rumah sakit. Saya langsung buka garasi dan datang ke rumah korban,” kata dia.
Saat tiba di rumah orang tua korban, saksi mengaku melihat wajah korban berdarah.
“Waktu dibopong bapaknya saya lihat ada darah di wajah. Saya tanya bapaknya ini mau dibawa ke Rumah Sakit mana? Bapaknya bilang Permata. Saya dari Sumbing, lewat Pemuda, Arah Tirtonadi lalu ke Permata. Di Permata itu langsung ditangani di IGD,” ucapnya.
Saat berada di IGD, salah satu Suster sempat mengatakan jika ada luka berat di kepala dan meminta agar korban dirujuk ke RSUD dr Soetijono Blora.
“Saat ini ayah korban ini masih di Administrasi kalau gak salah. Lalu ada suster bilang, Mas ini keluarganya mana, Kenapa mbak? Tanyanya. Kayaknya disini sudah tidak bisa tangani. Lho kenapa mbak? Tanyanya. Ini saturasi oksigen tinggal 74. Lho ini kenapa? Tanyanya lagi. Dia (suster) menyebutnya ada cidera kepala berat, langsung dibawa ke RSU saja. Lalu saya ambil mobil bilang ke ayahnya untuk dibawa ke RSU,” ungkapnya.
Kata Polisi
Dihubungi terpisah, Kasatreskrim Polres Blora AKP Supriyono mengaku telah menerima informasi kematian korban yang diduga ada kejanggalan tersebut. Pihaknya pun telah menerjunkan tim inafis ke lokasi dan melakukan olah TKP.
“Sebenarnya ini bukan laporan tapi saya dapat informasi adanya kejanggalan itu. Itu kejadian malam minggu tanggal 10 September kemarin. Saya sudah datang ke lokasi bersama tim inafis. Saya juga sudah olah TKP. Saat saya datang ke lokasi memang kondisi sudah di peti. Pihak keluarga juga tidak mau diotopsi,” jelasnya.