BPPKAD
BPPKAD
Bupati & Wabup
Berita  

Pramoedya Ananta Toer : Dikenal Dunia, Dikecilkan di Tanah Kelahirannya

Pramoedya Ananta Toer (KOMPAS/LASTI KURNIA)
Pramoedya Ananta Toer (KOMPAS/LASTI KURNIA)
Example 120x600

BLORA, (beritaku.net) – Mendengar kata Pramoedya Ananta Toer, sebagian besar masyarakat pasti mengenalnya sebagai sosok sastrawan, sekaligus novelis yang karya-karyanya dikenal dan dialihbahasakan di berbagai belahan dunia.

Dengan banyaknya karya sastra yang ditulis oleh Pram, tak mengherankan apabila pria yang lahir di Blora, pada 6 Februari 1925 itu mendapatkan beragam penghargaan dari luar negeri.

Pram juga dikenal sebagai penulis seri Novel Tetralogi Buru yang beberapa tahun lalu, salah satu judul novelnya sempat dialihmediakan menjadi film berjudul Bumi Manusia.

Film Bumi Manusia yang digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo tersebut juga telah ditonton sebanyak 1.316.583 penonton di bioskop. Film tersebut juga dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, hingga Bryan Domani.

Novel Tetralogi Buru sendiri bercerita tentang kisah pergerakan kebangkitan nasional Indonesia, yang tokoh utamanya bernama Minke, seorang putra bupati yang memperoleh pendidikan Belanda.

Minke sendiri merupakan nama samaran dari tokoh pers nasional yaitu Raden Tirto Adhi Soerjo. Tirto yang lahir di Blora, juga dikenal sebagai bapak pers nasional.

Bahkan, pada tahun 2006 lalu, Tirto mendapat gelar sebagai pahlawan nasional melalui keputusan presiden.

Pramoedya Dikenal Dunia

Pramoedya Ananta Toer yang telah meninggal dunia pada 2006 lalu, memang seorang tokoh yang telah dikenal dunia.

Hal tersebut diungkapkan oleh sastrawan Heri Hendrayana Harris atau yang akrab disapa Gol A Gong.

Gol A Gong yang saat ini didapuk sebagai duta baca Indonesia mengatakan nama besar Pramoedya Ananta Toer sudah mampu menggelorakan masyarakat dunia untuk mengunjungi Blora.

“Blora itu harus jadi destinasi wisata literasi, daya tariknya itu cukup bilang tagar Pramoedya Ananta Toer, P.A.T, Pram, seluruh dunia itu keyword,” ucap Gol A Gong saat ditemui wartawan di Pendopo Bupati Blora, Jawa Tengah, pada 3 November 2022 lalu.

Dirinya berharap pemerintah kabupaten Blora dapat segera memproses berbagai macam hal yang berkaitan dengan Pramoedya Ananta Toer, untuk menjadikan daerah tersebut sebagai destinasi wisata literasi.

“Kalau Blora siapa yang enggak kenal Pram, Pramoedya karena ada persoalan rezim orde baru dianggap komunis atau urusan politik, itu tetap karyanya mendunia. Bayangin kalau ada festival Pramoedya Ananta Toer, gila (keren banget),” ucap dia.

Karena untuk menuju langkah tersebut tidaklah mudah, maka hal yang dianggap mudah untuk bisa dilakukan oleh Pemkab Blora yaitu dengan memberikan penghargaan kepada Pramoedya Ananta Toer.

“Iya minimal Blora ngasih penghargaan, pernah enggak Pemda Blora memberi penghargaan lifetime achievement, penghargaan sepanjang hayat kepada Pramoedya Ananta Toer? karena bagaimanapun bukunya itu dibaca di seluruh dunia,” terang dia.

Karya Pramoedya Masih Dibaca dan Diminati Para Pemuda

Salah seorang doktor psikologi sosial politik, Muhammad Faisal mengatakan karya-karya Pramoedya Ananta Toer masih dibaca dan diminati oleh anak-anak muda masa kini.

Bahkan, dirinya yang tinggal di ibu kota Jakarta menilai beberapa karya Pram masih terus dikaji ataupun dibaca oleh pemuda-pemudi yang ingin tahu tentang sastra Pram pada masa itu.

“Jadi sebetulnya Pram sebagai sosok dan karya-karyanya itu masih dikaji dan masih dibaca, buku-bukunya kalau di ibukota juga masih ditempatkan di rak-rak terdepan dan masih dibaca oleh generasi muda,” ujar Faisal saat ditemui di Blora, pada 25 Agustus 2022 lalu.

Baca Juga :  Kemarau Panjang, Yayasan GMI Blora Salurkan Bantuan Air Bersih ke Masyarakat

“Yang dicari malah sebetulnya kajian-kajian yang ngaji Pram, itu masih minim. Jadi bukunya dibaca jelas, tinggal pembedahannya saja,” imbuh dia.

Faisal yang juga merupakan seorang doktor psikologi sosial politik menyebut, paham kiri yang disematkan kepada Pramedya Ananta Toer oleh pemerintahan waktu itu tampaknya sudah tidak menjadi pembahasan penting bagi anak-anak muda saat ini.

Namun di Blora, kajian-kajian tentang Pramoedya Ananta Toer tampaknya tidak begitu rutin dan banyak digelar.

Padahal, apabila kajian-kajian tentang Pram dilakukan secara rutin, tidak menutup kemungkinan para Pramis (sebutan penggemar Pram) akan berbondong-bondong untuk mendatanginya.

Dan, Blora sebagai kota kelahiran Pram, akan lebih dikenal masyarakat luas karena adanya potensi tersebut.

“Harusnya jadi daya tarik wisata, jadi daya tarik literasi orang mau mengerti Pram. Kalau mau mengerti tentang karya-karya besar Pram, sebagaimana kisah-kisah itu yang basisnya tentang kemanusiaan, ya harusnya datangnya ke Blora dan harusnya itu jadi identitas kota Blora,” terang dia.

Pramoedya Tak Diapresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Blora

Meskipun nama besar Pramoedya Ananta Toer telah dikenal dan diakui dunia, tetapi di tanah kelahirannya sendiri, Pram seolah kecil karena tidak ada perhatian dan apreasiasi dari Pemerintah Kabupaten Blora.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten Blora pada tahun 2023 ini juga tidak membuat inovasi ataupun perencanaan dengan misalnya, pembuatan tugu ikonik khas Blora.

“(Pembangunan tugu ikonik Blora) belum jadi prioritas, kan mending jalan dulu, kalau tugu kan enggak bisa dinikmati,” ucap Sekretaris Bappeda, Pujiariyanto saat ditemui wartawan pada Selasa, 27 Desember 2022.

Begitu pun dengan inovasi atau perencanaan dengan membuat nama jalan ataupun rumah replika Pramoedya Ananta Toer, yang masih belum ada rencana.

“Belum ada rencana, terus terang dampaknya itu besar untuk perubahan nama jalan,” ujar dia.

Menurutnya, dengan mengubah nama jalan yang sudah ada dengan nama baru, semisal Pramoedya Ananta Toer ataupun Tirto Adhi Soerjo, akan cukup merepotkan pemerintah.

“Untuk mengubah satu nama jalan saja, itu KTP yang tinggal disitu berubah semua, agak repot memang. Mengubah mulai dari SIM, kependudukan dan semuanya berubah, agak repot nanti. Hanya mengubah satu nama jalan saja,” kata dia.

Akan tetapi, di sisi lain, Bappeda justru telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 3,5 miliar untuk membangun taman budaya yang berlokasi di Kecamatan Cepu.

“Tahun 2023 ada pembangunan taman budaya di Cepu, anggarannya Rp 3,5 miliar. lokasinya di jalan by pass. Itu nanti ada museum, ada masjid, ada pendopo, sumbernya dari APBD,” terang dia.

banner 400x130

Tinggalkan Balasan