BPPKAD
BPPKAD

BIBIT, BEBET, BOBOT DALAM MENYAMBUT PEMILU SERENTAK 2024

Penulis: Moh. Fachrudin P. U, Pemerhati Pemilu

Moh. Fachrudin P. U,
Example 120x600
Moh. Fachrudin P. U

Ibarat pepatah, air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Seseorang akan menuruni karakter dan kebiasaan orang tuanya. Bagi mereka yang mempercayai adanya penitisan, maka anak yang lahir dalam suatu keluarga, kemungkinan besar merupakan penitisan dari leluhurnya, apakah kakek atau nenek buyutnya ataupun yang lainnya.

Bebet, yang artinya status sosial ekonomi, menurut saya hal ini juga sangat diperlukan dalam memilih calon kita, bebet disini dapat diartikan cara melihat calon yang ditinjau melalui siapa saja mereka bergaul, dan bagaimana pergaulan yang diikutinya dalam kesehariannya.

Memang seorang calon harus mampu bergaul dengan siapapun dalam rangka menyerap aspirasi dari masyarakat, tapi hal itu berbeda dengan pergaulan sehari hari, dimana pergaulan tersebut biasanya bisa mempengaruhi karakter calon yang akan kita pilih, Dengan mempertimbangkan bebet, maka akan diketahui apakah calon tersebut merupakan orang yang berkomitmen atas apa yang menjadi jargon-nya.

Bobot, yang artinya kepribadian serta pendidikan juga diperlukan dalam kita menentukan pilhan kepada calon yang kita inginkan, kita pasti mengharapkan calon yang rahayuning mana (baik hati) dalam artian calon yang kita pilih mau dan mampu mendengar dan melaksanakan apa yang menjadi masukan dari konstituennya serta wasis (ulet/pekerja keras) dalam artian selalu bekerja keras untuk mewujudkan janji kampanyenya, hal itu merupakan sebuah karakter yang secara tidak langsung dapat kita nilai dari kesehariannya.

Baca Juga :  Dampingi UMKM di Bojonegoro, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Bojonegoro Bantu Tingkatkan Daya Saing Bisnis

Tentunya kita tidak ingin memilih karakter calon pemimpin yang hanay memberikan janji manis disaat kampanye tanpa bisa mewujudkannya saat terpilih, dalam bahasa gaul saat ini NATO (No Action Talk Only.)

Pada masa lalu, orang tua mempertimbangkan ketiga hal tersebut untuk mengamankan harta, tanah, dan kedudukan. Meski sering dianggap kuno, hingga kini pertimbangan memilih calon dengan melihat pada bibit, bebet, dan bobot masih kerap dilakukan. Bedanya, penentuan arti bibit, bebet, dan bobot saat ini (dalam memilih calon peserta pemilu) dapat dinilai dengan cara dan sudut pandang yang lebih modern dan luas.

Dengan mempertimbangkan ketiga hal yang merupakan filsafah jawa itu, mari kita sambut Pemilu serentak pada tahun 2024, dengan menjadi seorang pemilih yang bijak. Jangan sampai kita salah dalam menentukan pilihan, karena itu akan berpengaruh bagi kehidupan berbangsa dalam lima tahun kedepan.

banner 400x130

Tinggalkan Balasan